Senin, 04 Mei 2015

Bukan Sekadar Peruntungan

"Hokimu tinggi banget ya," adalah suatu kalimat pujian tapi sebenernya ngeselin. Kenapa ngeselin?
Coba deh... Kita udah ngikutin semua proses (walaupun lalai), kita udah ada usaha, tapi pernyataan orang terhadap kita malah gitu. HOKI.
Seolah-olah kita doing nothing, eh... malah beruntung. Pernah ngerasain?

Saya seorang mahasiswi salah jurusan semester 4.
Saya kuliah seadanya, dan nggak pernah jadi sumber contekan tugas. Miris memang. Tapi ya mau gimana, namanya juga males. HEHEHEHE
Minimal saya ngerjain tugas lah ya kalau ada tugas, dateng kuliah juga nggak males-males amat. Hujan juga saya tetep kuliah. Kalau udah gitu, apa saya nggak pantes dapat B? C- pun?

Alkisahnya gini...
Ada seorang dosen yang rajin banget datengnya, dan saya nggak ngerti sama sekali pelajaran sama dosen itu. Walaupun nggak ngerti, tugas apapun tetep saya buat (yaaa nyontek sih), dateng juga rajin, paling ambil jatah absen cuma 2 kali, itupun karena JATAH, kan sayang kalau disia-siain. Nah pas lembar hasil studi udah bisa diakses, nilai saya B. Menurut saya sih normal karena usaha saya juga, tapi... menurut sebagian teman saya, saya hanya mengandalkan keberuntungan. Ya, keberuntungan. Hoki.
Kalimat yang saya dengar dari mulut mereka adalah:
"Lihat Ucin. Kuliah kayak gitu, nilainya tetep B. Hokinya tinggi..."
Mungkin bagi mereka, kalimat seperti itu sangat wajar untuk mahasiswi seperti saya. Tapi mereka lupa, bahwa saya juga berusaha untuk mendapatkan nilai itu. 

Saya tidak melulu memanfaatkan keberuntungan. Saya berusaha. Memang, bagi mereka sepertinya usaha saya tidak ada artinya, bagi mereka saya hanya punya satu usaha: berdoa untuk keberuntungan.
Kasihan banget ya saya.. Ya, biarin ajalah. Apapun yang ada dalam pikiran mereka, saya berusaha untuk tidak terpengaruh. Saya hanya bisa tersenyum apabila mereka berkata begitu. Karena kalau saya jawab juga percuma, mereka nggak bakal sadar kalau nggak ngalamin sendiri.

Saya harap suatu saat nanti mereka bakal tau kalau ini bukan sekadar keberuntungan, ini bukan sekadar harap, tapi ada usaha di dalamnya.

Untuk kamu yang sedang membaca ini, dan merasa kamu pernah merasakan apa yang saya rasakan... Sabar saja. Mungkin kita memang orang beruntung. Tapi ingat, keberuntungan kita selalu kita awali dengan usaha. Jangan hiraukan mereka yang memandang kita dengan sebelah mata.
Untuk kamu yang sedang membaca ini, dan merasa kamu pernah ngatain orang hanya mengandalkan keberuntungan... Selamat, kamu tidak ada di posisi kami. Semoga kamu bisa mengerti, tak ada keberuntungan yang tak disertai usaha dan doa. Tak ada keberuntungan yang benar-benar murni beruntung. Semoga kamu sadar, kamu adalah orang BERUNTUNG, yang tidak merasakan apa yang kami rasakan.

Percayalah, setiap manusia mempunyai peruntungannya masing-masing.

Padang, 4 Mei 2015.

Minggu, 08 Februari 2015

Berdiri Melawan Hati

Setelah lama patah hati, saya mencoba untuk tidak jatuh hati lagi. Karena seperti kata banyak orang, jika siap untuk jatuh hati, maka siap pula untuk terjatuh kembali. Tapi setahun belakangan, saya tidak bisa menahan hati, hingga saya jatuh cinta lagi. Saat itu, tiada hal yang lebih indah dibanding berbicara dengannya dan melihat dia tersenyum karena saya. Saya sadar bahwa saya jatuh cinta. Karena saat itu saya merasa kesepian jika dia tidak ada.  Tidak ada yang saya pedulikan tentangnya, selain hatinya yang kini ada bersama saya.
Hingga suatu saat, saya sadar, saya tidak bisa menerima hatinya yang ternyata masih tertulis nama kekasihnya. Ya, saya seorang yang jatuh cinta kepada kekasih orang. Dia punya pacar, tapi saya menjadi pacarnya pula.
Awalnya saya menganggap ini adalah hal biasa, karena mereka belum menikah, siapa yang tahu jodohnya. Makanya saya menganggap sepele hal itu. Terlebih lagi dia yang meminta saya untuk terus bersamanya, saya kira hal itu sudah cukup untuk membuat dia berhenti mencintai kekasihnya. Saya tidak pernah khawatir, karena dia selalu mempertahankan saya.
Semakin hari, dia dan kekasihnya semakin sering bepergian berdua. Pada mulanya saya yang sama sekali tidak khawatir, menjadi sangat cemburu. Saya begitu emosi, hingga saya meminta ia memilih antara saya dan kekasihnya. Dia tidak pernah memilih kekasihnya, dia selalu memilih saya, tapi dia tidak pernah ingin meninggalkan kekasihnya. Dia bilang terlalu banyak hal yang menghalangi perpisahan mereka, tidak ada alasan yang mungkin baginya untuk mereka berdua agar berpisah, Saya tidak bisa terima, tapi dia selalu bersikeras menahan saya agar tidak pergi. Hati saya pun memilih untuk memaafkan dan menerimanya kembali. Itu terjadi berulang-ulang. Saya selalu mengikuti hati saya yang hanya miliknya.
Suatu hari, dia pernah meminta saya untuk tidak membenci kekasihnya. Dia bilang kekasihnya tidak pernah membenci saya, kekasihnya tidak punya salah, jadi kenapa saya harus membenci kekasihnya? Lalu sepertinya saya menjawab tepat sasaran, hingga dia diam seribu bahasa. Saya bilang, "Coba kamu bilang ke dia kalau aku adalah kekasihmu, kira-kira dia bakal benci aku nggak? Kamu inget waktu kita cuma temenan, dia membenciku karena kita hanya bercerita?" dia tak sanggup mengatakan apapun lagi, hingga dia sadar bahwa disini saya juga terluka.
Dia selalu menemani kekasihnya kesana kemari, dengan alasan "dia nggak ada yang nemenin", lalu jika dia menemani kekasihnya, tidakkah dia berpikir bahwa saya juga "nggak ada yang nemenin"?

Saya memang salah, tidak seharusnya saya merebutnya dari pacarnya. Tapi apakah ini sepenuhnya kesalahan saya? Baiklah.. saya tidak akan menyalahkan dia. Saya hanya akan menyalahkan diri saya sendiri. Saya menyesal telah membiarkan diri saya jatuh cinta kepada orang yang salah. Hati saya berkata saya mencintainya, tapi pikiran saya berkata saya harus membencinya. Saya dilema. Seperti kata orang-orang, ikuti kata hati adalah jalan terbaik. Hingga saya selalu mencoba untuk bertahan demi dia. Tapi kini saya rasa dia sudah tidak pantas lagi untuk saya pertahankan. Saya tahu dan saya sadar bahwa dia memang mencintai saya, tapi dia mencintai kekasihnya juga. Dan itu yang masih tidak bisa saya terima. Bahkan disaat saya menghilang darinya seperti ini, usahanya untuk menghubungi saya sangat minim sekali. Pertanyaannya, apakah dia masih mencintai saya, seperti saya mencintai dia, hingga hati ini terluka parah sekali? Saya rasa tidak.
Hari ini, saya meyakinkan diri bahwa dia sudah tidak mencintai saya. Saya meyakinkan diri untuk berhenti mencintainya. Saya menyerah. Saya tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Hari ini, dengan seluruh keikhlasan hati, saya mencoba untuk menerima kenyataan bahwa dia memang harus mempertahankan kekasihnya dibandingkan saya. Saya percaya, ada yang lebih dahsyat yang dipersembahkan Allah untuk saya.
Hati saya yang dulu mempertahankan dia, sudah saya lawan. Dan mudah-mudahan saya berhasil.

Untuk anda, mantan kekasih saya.. Kini, saya melepas anda dari genggaman saya. Jika anda ingin mengingat saya, jangan pernah kenang saya sebagai kekasih anda. Tapi... ingatlah saya sebagai orang yang menguji cinta anda dan kekasih anda. Ingatlah saya sebagai orang yang memperkuat rasa cinta kalian berdua meskipun ada orang ketiga. Ingatlah saya sebagai orang terikhlas di dunia, yang mengikhlaskan cintanya pergi dengan cinta yang lain.
Untuk anda, kekasihnya. Maafkan saya karena pernah membuatnya memalingkan hatinya, maafkan saya karena pernah membuatnya mengkhianati hati anda. Saya berharap dia benar-benar memilih anda setelah saya melepaskannya. Ingatlah saya sebagai orang yang membuktikan bahwa dia benar-benar mencintai anda.

For all of you yang baca postingan ini,
terserah mau berpikiran apa tentang saya. Tapi inilah cinta. Sesuatu yang kamu rasakan, tapi tidak bisa kamu paksakan. Saya tidak menganggap ini aib, saya hanya ingin berbagi cerita dan pengalaman lewat postingan saya ini.
Kamu boleh menghujat atau menghina saya, tapi saya benar-benar harus mengingatkan, bahwa cinta selalu bisa terbagi.. Jadi,
Buat kamu yang sedang dalam hubungan, jagalah dia sebaik-baiknya. Jangan biarkan dia jatuh hati kepada yang lain.
Buat kamu yang sedang menyukai kekasih orang... cukup sekadar suka saja, jangan biarkan itu menjadi cinta kalau tidak mau berujung petaka. Saat kamu menjadi kekasih dari kekasih orang, kamu akan merasakan betapa tersakitinya kamu, apalagi jika jarak menentang hubungan kalian.
Buat kamu yang sedang menyelingkuhi kekasihmu, ingatlah bahwa karma akan selalu mengikuti pelakunya. Sadarlah, jika kamu berselingkuh, kamu bukan hanya menyakiti satu hati saja, tapi banyak hati yang akan tersakiti. Jika kamu menyelingkuhi kekasihmu, berhati-hatilah, karena bisa saja salah satu kekasihmu juga sedang menyelingkuhimu, itu karma. Jadi, pilihlah salah satu yang benar-benar ada di hatimu.

Berdirilah, lawan hatimu jika salah.

Padang, 8 Februari 2015.